Hujan Bulan Pertama


Hujan Bulan Pertama

Hari terasa begitu kilat tatkala aku memandang luar jendela
Pada langit yang membentang, pada hujan yang merekah
Tak sesekali embun memanggil dan menyapa
Menyadari bahwa aku berada di balik pintu kaca
Rintik hujan tak pernah menciptakan hati kecewa
Sekalipun angin dingin berteriak amat lantang
Jika satu perihal,
Ketika ia tidak berlari bersama guntur yang menggelegar
Awan tahu ia harus pergi memberi celah
Pada tetesan perak yang mendarat pada bulan pertama
Yang membasahi tanah angkuh penuh arogan
Dan amarah tebal seperti benteng dinding bata
Aku selalu mengaguminya dari sisi ranjang yang tergelar
Air mata hanyut dalam hati yang bergetar
Tidak, aku tidak sedang berduka nestapa
Tapi tak pernah aku lupa bagaimana eloknya
Ketika kabut menari dalam sejengkal pandang
Kawanan lumut bernyanyi tiada beban
Saat itulah batinku tak pernah tersiksa
Ketika aroma hujan bulan pertama tercium oleh jiwa

Komentar